Sepintas Kareen melewati rumah itu. Matanya berbinar ketika
sesosok bidadari cantik tepat di depan rumah tersebut. Di ingat sosok
bundanya yang telah pergi 3 tahun lalu.
“Bunda.. sayangnya itu hanya khayalanku.” Batinnya.
Di rumah…
“Kareeen! Sini !”
“Ada apa Yah?”
“Ada apa ada apa. Dari mana saja kamu! Kerjaan kamu masih banyak di rumah!”. “Braaak!!” Pintu kamarnya tertutup kencang.
“Tuhan, tolong sadarkan ayah..” Air matanya bercucuran.
Tak lama, ponsel Kareen berdering.
“Halo. Iya Kak, ada apa?”
“Dek, selamat ya.. kamu di terima di perusahaan om Andi. sepertinya om
Andi tergila-gila sama cerpenmu. Tugasnya cuma bikin cerpen aja kok. Kan
hasilnya lumayan buat bayar biaya SMA kamu.”
“Haah? serius Kak?”
“Iya Dek. Oh iya, Om Andi tadi pesen. Besok dateng ke kantornya jam 9
pagi dan siapin 2 cerpen. Pesen kakak, jangan bilang ini ke ayah. Oke”
“Oke oke Kak siap! Ya udah Kak aku mau buru-buru bikin cerpennya. Daaahh.”
Pagi hari…
“Mau kemana lagi kamu!”, bentak ayahnya.
“Mau ke depan, Yah.”
Kareen kabur, dan Ia bergegas menuju kantor Om Andi.
“Permisi Om, ini cerpen yang Om pesenin kemarin. Maaf Om kalau jelek. Soalnya bikinnya buru-buru.” Kareen terkekeh.
“Iya Reen. Cerpennya bagus kok. Makasih ya.” “Oh iya Reen, minggu depan
ada lomba menulis cerpen. Nanti kalau misalnya kamu menang, kamu bisa
mewakili Indonesia di Inggris. gimana?”
“Iya Om. Mau banget! Nanti, Kareen bakal bikin cerpen sebaik mungkin.”
Sesampainya di rumah, mata Kareen membelalak. Ia melihat ayahnya
tergeletak di teras rumah. Dengan segera ia membawa ayahnya ke rumah
sakit.
“Ayah saya sakit apa, Dok?”
“Liver ayah kamu tidak berfungsi, karena terlalu banyak mengkonsumsi minuman keras.”
“Ya Tuhan.. bagaimana cara sembuhnya, Dok?”
“Caranya dengan cangkok liver. Tetapi mencari pendonor sangat susah.”
“Saya bersedia, Dok.”
“Mari ikut saya ke laboratorium”
Hasil laboratorium menunjukkan positif. Kareen bergegas untuk memberi kabar Kak Farhan.
“Halo, Kak gawat! Ayah sekarang di Rumah sakit. Beliau terkena liver” katanya menangis.
“Ya Tuhan, Cobaan apa lagi? Ya udah, kakak segera ke sana.”
Di sela-sela menunggu Kak Farhan datang, Kareen membuat cerpen untuk perlombaan yang di tawarkan Om Andi.
“Kakak!”
“Dek, gimana keadaan beliau sekarang?”
“Kata dokter semakin memburuk. Dan esok aku akan operasi.”
“Operasi buat apa?”
“Cangkok Liver buat Ayah”
Wajah Kak Farhan merah padam dan matanya berkaca-kaca.
“Kak titip ini buat Om Andi ya. terus yang ini buat Ayah”. Sambil menyodorkan dua buah amplop.
Satu minggu setelah itu…
“Kareen.. Kareen..”
“Ada apa Yah?” sahut Kak Farhan.
“Kareen mana?”
Kak Farhan memberikan amplop.
Di bacanya pesan tersebut
Dear Ayah
Ayah.. sudah sembuh?
Sebenarnya Kareen agak marah sama Ayah, kenapa Ayah jadi seperti ini
sejak Bunda meninggal? Sedangkan Ayah adalah satu-satunya harapan
Kareen. Tapi Kareen gak marah lagi kok Yah..
Oh iya, Selamat ulang Tahun Ayah. Maaf, Kareen gak bisa temenin di tepat
hari ulang tahun Ayah. Tapi Kareen punya hadiah untuk Ayah. Liver…
Ayah.. mau kan gak akan ngulang kaya gini lagi? Ayah mau janji kan buat
jaga Liver Kareen?
Makasih ayah udah baca surat Kareen. Kareen sayang Ayah.
Kareena Putri Mahardika
“Ayah, Kareen memenangkan lomba cerpen dan Ia akan dikirim ke Inggris. Tapi, Kareen sudah…”, Kak Farhan terdiam.
Air mata membasahi pipi ayah Kareen, dan seolah-olah Ia tak percaya bahwa Kareen yang melakukannya.
“Maafkan ayah Nak, sudah membuatmu menderita. Ayah janji akan menjaga yang semuanya kamu berikan.”
Kini Ayahnya merubah semua yang ia lakukan. Mungkin Kareen yang berada
di alam sana bahagia melihat ayahnya tidak lagi seperi dulu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar