Rintik hujan malam itu tidak menghambat dua insan yang
sedang di landa cinta untuk memadu cintanya meski hanya di dunia maya.
Petir yang bergemuruh tak menghentikan obrolan kekasih itu via telepon.
“Kamu memutuskan untuk berjilbab?” Tanya suara itu dari seberang sana.
“Iya beh,” Jawabku pelan.
Beh, itu panggilan sayangku untuknya. Dia Giant, pacarku. Sudah 4 tahun,
tapi pacaran itu hanya di dunia maya. Tak sekali pun aku dan dia
bertemu. Aku di Padang dan dia di Solo. Sangat jauh memang, tapi
perkenalan aku dan dia via Facebook, lalu bertukaran no HP, sampai
menjalin hubungan begini.
“Kenapa harus memakai jilbab?” Tanyanya lagi dengan suara indah yang mampu memikatku untuk mencintainya.
“Karena wanita muslim itu harus menutup auratnya, untuk mencegahnya dari
pebuatan dan perlakuan yang tidak baik dari laki laki. Begitu firman
Allah dalam surat QS. Al Ahzab: 59
“Ya sudah jika itu terbaik buat kamu. Beh kamu mau tidak ajarkan aku tentang agamamu?” Ujarnya dengan nada tercekat.
Subhanallah. Ingin aku berlompatan gembira kesana kemari, seperti anak
kecil yang mendapatkan mainan baru. Tapi itu tidak mungkin aku lakukan.
Sungguh kata katanya ini, sangat membahagiakan ku. Ini yang ku mau. Aku
dan dia memang berbeda keyakinan, dan ini yang terkadang menghambat
hatiku dan dia.
“Beh. apa kamu disana? Hallo?” Katanya membuyarkan lamunanku.
“Maaf beh, ya aku disini. Apa kamu sudah yakin dengan hal itu?” Tanyaku untuk mendapatkan pembenaran yang pasti akan hal itu.
“Iya beh, tapi aku mau belajar dulu. Nanti kalau aku sudah menguasai, aku ingin jadi mualaf” Giant meyakinkanku.
“Ok beh” Ucapku dengan semangat
“Ya sudah ya, aku mau beli makan dulu. Aku cinta kamu. Kita pasti bertemu”
Tuuuutttt. tuuttt. Telephone disana terputus, sebelum aku sempat
membalas kata kata Giant. Aku ingin katakan, aku benar benar mencintaimu
dan pilihanku tidak salah, meski hanya di dunia maya aku mengenalmu.
Giant.
Begitulah hari hari ku dengan Giant, selalu SMS dan telephonan. Tidak
pernah bertemu tapi saling membutuhkan. Tapi setelah saat itu,
perbincangan kami seputar agama islam, ajaran serta larangan. Aku juga
harus lebih banyak membaca tentang hal hal itu, agar aku mampu menjawab
pertanyaan kekasihku yang sedang mencari Tuhan. Dan itu sangat membantu.
Dan hati ku terenyuh saat aku mendapati sebuah kalimat Allah melirik mataku untuk memperhatikannya
QS Al Isra (17:30-32) yang artinya: “(30) Dan janganlah kamu membunuh
anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezki
kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah
suatu dosa yang besar. (31) Dan janganlah kamu mendekati zina;
sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan
yang buruk.
Barangsiapa yang percaya kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah ia
berdua-duaan dengan perempuan yang tidak ada bersamanya seorang
muhrimnya karena yang ketiganya di waktu itu adalah setan.” “Seseorang
ditusuk kepalanya dengan jarum besi lebih baik daripada menyentuh wanita
yang tidak halal baginya.” Hadits ini diriwayatkan oleh Ar-Ruyani di
dalam kitab Musnad-nya (227/2).
Hatiku tersentak membaca ayat itu, ku pandangi lagi. Aku pahami berkali
kali, ada pembenaran dan penyalahan yang bercampur aduk dalam otakku.
Zina? kata kata itulah yang membuat hatiku bergetar, jiwaku menggelar,
aku dan Giant berarti sudah mendekati Zina.? Akhh. tidak. Aku dan dia
berjauhan, jangankan berpegang tangan, bertemu saja aku dan dia tidak
pernah. Banyak pembenarkan yang aku terka terka untuk menenangkan hati
ku. Tapi berdua duaan?
Kami selalu ingin bersama, sms dan telephone itu yang kami lakukan.
Mungkin akan menimbulkan syahwat yang kami tak menyadarinya. Akhh.
penyalahan penyalahan itu muncul di otakku.
Ku ambil laptop, mulai ku tekan keyboardnya lalu meyambungkan ke
internet. Mulai ku cari dalil dalil pembenaran pendapatku, satu persatu
ku buka. Ku baca dengan penuh kehati hatian. Tapi apa yang aku temukan
disana? Satu pun tidak ada yang menghalalkan pacaran. Alasan pastinya,
Islam mengharamkan laki laki dan perempuan yang tidak muhrim berdua
duaan. Meski di media komunikasi yang sering kami lakukan berlama lama.
Allah telah menjanjikan pasangan yang baik untuk orang yang baik dan
sebaliknya. Dan allah pun telah mengatakan menciptakan manusia berpasang
pasangan.
Bergetar hatiku membacanya, merasa aku lah makhluk yang penuh dosa,
meragukan kata kata Allah. Aku hanyut dalam kegundahanku, antara patuh
kepada ajaran agama ku atau tetap bersama kekasihku. Entahlah aku harus
bagaimana.
Ku langkah pelan kakiku ke tempat dimana aku harus mengadu, tapi ku
sucikan diri sebelum itu. Ku basuh beberapa anggota tubuh, ku bentangkan
sajadah. Dengan mukenah putih yang membalut tubuh, kulakukan shalat di
antara dua pilihan.
“Ya Allah pilihkanlah untukku dengan kekuatan ilmu-MU, tentukanlah
untukku dengan kehendakmu, aku minta kemurahanMU yang sangat luas,
karena Engkaulah yang bisa menentukan sesuatu dan aku tidak bisa, Engkau
maha mengetahui apa yang tidak ku ketahui, dan Engkaulah yang paling
tahu hal-hal yang ghaib. Ya Allah, jika sesuatu ini menurutMU baik bagi
diriku, kehidupanku dan kesudahan perkaraku maka pilihlah dia untukku
dan mudahkanlah dia bagiku kemudian berkahilah, dan seandainya ini
menjadi malapetaka bagiku, agamaku, kehidupanku dan kesudahan perkaraku
maka jauhkanlah dia dariku sejauh-jauhnya, dan berilah aku kebaikan di
mana saja berada dan ridhailah aku karenanya.”
Ku lantunkan doa itu sebelum dan sesudah shalat di iringi desahan nafas
yang sesak dan bulir bulir air mata pengaduan, meminta KuasaNya.
Entahlah, bisikan apa yang menggodaku untuk bergerak beberapa cm dari sajadah ini.
“Sayang,” Suara teduh disana mengawali telephoneku. Membuatku diam sejenak.
“Beh, kamu tahu Islam mengajarkan kita tentang cara bergaul yang baik
antara laki laki dan perempuan?” Tanyaku tercekat dengan kata kata yang
menjadi sulit ku rangkai.
“Iya, tahu” Jawabnya singkat
“Ternyata selama ini kita salah Beh, dijalan yang salah!” Jelasku padanya.
“Maksudnya?” Dia melontarkan tanya yang begitu sulit aku menjelaskan.
“Jika kita saling mencinta apa siap untuk menikah?” Tanya ku mengutip kata kata di artikel tadi.
“Ah aneh. tentu saja aku belum siap, umurku masih 20 tahun, banyak hal
yang ingin aku lakukan. Banyak mimpi yang ingin ku raih. Begitu juga
dengan kamu bukan?” Kata katanya mulai sedikit meninggi, tersentak
hatiku, menggenang air mataku mendengarnya. Dia yang selama ini ku
banggakan dengan kata kata indah dan halusnya, sekarang menjadi
menakutkan.
“Iya, berarti lebih baik kita teruskan hidup kita masing masing untuk
menyempurnakan agama kita, mimpi kita. Nanti jika sudah waktunya kita
akan bertemu dalam sebuah ikatan halal dan suci, yang akan mendatangkan
ibadah. Bukan dosa seperti ini Beh, pahamilah” Kata kata yang
menggetarkan bibirku akhirnya terucap. Berat sekali, sesaat aku biarkan
paru paruku kosong dengan oksigen, untuk menahan tekanan yang muncul
dari hatiku.
“Ya sudah, semoga kamu damai di agamamu”
Tuuttt. Telephonenya di matikan.
Beh, beh. tunggu. Aku ingin katakan pada mu, aku mencintaimu lebih dari
diriku. Temui aku suatu saat nanti. Dalam istiqamah cinta.
Sakit memang saat keputusan itu terjadi, berat dan menyiksaku untuk
beberapa hari, karena facebookku di blokir, Number HP nya di ganti.
Namun Allah menguatkanku, ku tetapkan hati untuk lebih banyak mendalami
Cintaku Pada Sang Khalik agar aku di cintai dan mencintai orang yang
mencintaiNya. Aku dan dia kini sudah berakhir aku tak tahu kabar dia
lagi, entah dia msih tetap di agamanya atau sudah menjadi lebih baik.
Yang aku tahu sampai hari ini kan Ku lepas kau demi Tuhanku. Karena
aku sedang mencari cinta Tuhan ku. Untuk jadi pribadi yang lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar